Melatih Kedisiplinan Pada Anak Usia Dini
Disiplin berasal dari kata yang sama
dengan ‘disciple’ yang memiliki arti
seorang yang belajar dari atau secaara sukarela mengikuti seorang pemimpin.
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Indonesia displin merupakan latihan
batin dan watak dengan maksud supaya segala perhatiannya selalu mentaati tata
tertib sekolah atau militer atau suatu kepartaian. Sedangkan menurut kostelnik
dan kawan-kawan dalam buku Developmentally
Appropriate Practise, self discipline is the Voluntary, internal regulation of
Behavior. Jadi menurut kostelnik dan kawan-kawan displin adalah sebuah
perilaku sukarela (tanpa adanya paksaan) yang menunjukkan keteraturan internal
akan peraturan-peraturan yang ada. Orang dikatakan memiliki kedisiplinan jika
mereka dapat membedakan atau memahami perilaku yang benar dan yang salah serta
dapat menaati peraturan dengan baik tanpa harus reward dan punishment.
Tujuan disiplin untuk Anak Usia Dini
Tujuan
disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai
dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu
diidentifikasikan. Orang tua ataupun pendidik
diharapkan dapat menerangkan terlebih dahulu apa kegunaan atau manfaat
disiplin bagi anak usia dini sebelum melakukan kegiatan pendisiplinan terhadap
anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami maksud dan tujuan berdisiplin pada
saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal tersebut akan berbuah manfaat
yang positif bagi perkembangan anak itu sendiri.
Tipe-tipe
Disiplin
Menurut Harlock (1999:93) ada beberapa
tipe-tipe disiplin yaitu:
1. Disiplin Otoriter
Merupakan disiplin yang menggunakan
peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan.
Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam
bentuk hukuman. Terutama hukuman badan, contohnya adalah pendidik yang
memberikan peraturan keras didalam kelas, apabila murid tidak mengerjakan
pekerjaan rumah maka harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran
berlangsung.
2. Disiplin Permisif
Berarti sedikit disiplin atau tidak
berdisiplin. Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku
yang disesuaikan secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Anak diberikan
meraba-raba dalam situsinya yang terlalu sulit untuk ditinggalkan oleh mereka
sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Contohnya seorang pendidikyang tidak
memberikan hukuman apapun kepada anak didiknya yang tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, jika ia membiarkan anak didiknya tidak mengerjakan pekerjaan rumah
begitu saja tanpa memberikan pengarahan bahwa tindakan yang dilakukannya
tersebut merupakan hal yang tidak baik.
3. Disiplin Demokratis
Menggunakan
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku
tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin
daripada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan
penghargaan, dengan menekan yang lebih besar pada penghargaan. Contohnya
seorang pendidik memberikan pendekatan secara personal kepada anak didik yang
melanggar tata tertib sekolah, misalnya tidak menggunakan seragam sekolah
dengan memberikan pengarahan mengapa menggunakan seragam sekolah yang benar
untuk hari ini dan menggunakan seragam itu penting.
Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak
Usia Dini
Salah satu konsep penting tentang disiplin adalah bahwa
disiplin yang diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan sesuai
usia anak anak tersebut. Menurut Sujiono & Syamsiatin (2003:33)
perkembangan disiplin pada anak usia 0 - 8 tahun sebagai berikut:
1.
Perkembangan pada masa bayi (0 – 3 tahun)
Sepanjang masa bayi, bayi
harus belajar melakukan reaksi-reaksi yang benar pada berbagai situasi tertentu
di rumah dan di sekelilingnya. Tindakan yang salah haruslah selalu dianggap
salah, terlepas siapa yang mengasuhnya. Kalau tidak, bayi akan bingung dan
tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya.
Fenomena yang tampak pada
usia 0 – 8 tahun adalah disiplin berdasarkan pembentukan kebiasaan dari orang
lain terutama ibunya, misalnya :
a.
Menyusui tepat pada waktunya;
b.
Makan tepat pada waktunya;
c.
Tidur tepat pada waktunya;
d.
Berlatih buang air seni (toilet training).
2.
Perkembangan pada masa kanak-kanak (3 – 8 tahun)
Fenomena yang tampak adalah :
a.
Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan
orang tua dan lingkungan sosialnya.
b.
Dapat merapikan kembali mainan yang habis pakai;
c.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan;
d.
Membuat peraturan/tata tertib di rumah secara
menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar