Sabtu, 07 Januari 2017

Metode Pengembangan Perilaku (Moral, Agama dan Disiplin)



Melatih Kedisiplinan Pada Anak Usia Dini

        Disiplin berasal dari kata yang sama dengan ‘disciple’ yang memiliki arti seorang yang belajar dari atau secaara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Indonesia displin merupakan latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perhatiannya selalu mentaati tata tertib sekolah atau militer atau suatu kepartaian. Sedangkan menurut kostelnik dan kawan-kawan dalam buku Developmentally Appropriate Practise, self discipline is the Voluntary, internal regulation of Behavior. Jadi menurut kostelnik dan kawan-kawan displin adalah sebuah perilaku sukarela (tanpa adanya paksaan) yang menunjukkan keteraturan internal akan peraturan-peraturan yang ada. Orang dikatakan memiliki kedisiplinan jika mereka dapat membedakan atau memahami perilaku yang benar dan yang salah serta dapat menaati peraturan dengan baik tanpa harus reward dan punishment.
        Tujuan disiplin untuk Anak Usia Dini
Tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Orang tua ataupun pendidik  diharapkan dapat menerangkan terlebih dahulu apa kegunaan atau manfaat disiplin bagi anak usia dini sebelum melakukan kegiatan pendisiplinan terhadap anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami maksud dan tujuan berdisiplin pada saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal tersebut akan berbuah manfaat yang positif bagi perkembangan anak itu sendiri.
         Tipe-tipe Disiplin
        Menurut Harlock (1999:93) ada beberapa tipe-tipe disiplin yaitu:
1.    Disiplin Otoriter
Merupakan disiplin yang menggunakan peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman. Terutama hukuman badan, contohnya adalah pendidik yang memberikan peraturan keras didalam kelas, apabila murid tidak mengerjakan pekerjaan rumah maka harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran berlangsung.
2.   Disiplin Permisif
Berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disesuaikan secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Anak diberikan meraba-raba dalam situsinya yang terlalu sulit untuk ditinggalkan oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Contohnya seorang pendidikyang tidak memberikan hukuman apapun kepada anak didiknya yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, jika ia membiarkan anak didiknya tidak mengerjakan pekerjaan rumah begitu saja tanpa memberikan pengarahan bahwa tindakan yang dilakukannya tersebut merupakan hal yang tidak baik.
3.   Disiplin Demokratis
Menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan menekan yang lebih besar pada penghargaan. Contohnya seorang pendidik memberikan pendekatan secara personal kepada anak didik yang melanggar tata tertib sekolah, misalnya tidak menggunakan seragam sekolah dengan memberikan pengarahan mengapa menggunakan seragam sekolah yang benar untuk hari ini dan menggunakan seragam itu penting.


Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini
Salah satu konsep penting tentang disiplin adalah bahwa disiplin yang diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan sesuai usia anak anak tersebut. Menurut Sujiono & Syamsiatin (2003:33) perkembangan disiplin pada anak usia 0 - 8 tahun sebagai berikut:
1.    Perkembangan pada masa bayi (0 – 3 tahun)
Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi yang benar pada berbagai situasi tertentu di rumah dan di sekelilingnya. Tindakan yang salah haruslah selalu dianggap salah, terlepas siapa yang mengasuhnya. Kalau tidak, bayi akan bingung dan tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya.
Fenomena yang tampak pada usia 0 – 8 tahun adalah disiplin berdasarkan pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya, misalnya :
a.   Menyusui tepat pada waktunya;
b.   Makan tepat pada waktunya;
c.   Tidur tepat pada waktunya;
d.   Berlatih buang air seni (toilet training).
2.   Perkembangan pada masa kanak-kanak (3 – 8 tahun)
Fenomena yang tampak adalah :
a.     Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sosialnya.
b.    Dapat merapikan kembali mainan yang habis pakai;


c.     Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan;
d.    Membuat peraturan/tata tertib di rumah secara menyeluruh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar