Sabtu, 07 Januari 2017

Metode Pengembangan Perilaku (Moral, Agama, dan Disiplin)



Pendidikan Moral dan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini
Bukanlah sekedar Rutinitas

Hakikat Anak Usia Dini
        Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia sejak dini hingga 8 tahun. Batasan usia dari anak berusia 0-8 tahun adalah batasan dimana usia anak mengacu pada konsep DAP (Developmentally Aprropriate Practices) yaitu acuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diterbitkan oleh asosiasi PAUD di Amerika. Di dalam DAP sudah dikembangkan kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan assessment atau penilaian yang disesusaikan dengan tingkat perkembangan anak yang berdasarkan usia dan kebutuhan setiap individualnya. Berdasarkan karakteristik usia tersebut, anak usia dini dibagi kedalam 4 kelompok yaitu: 1. Usia 0-1 tahun adalah masa bayi, 2. Usia 1-3 tahun adalah masa Batita, 3. Usia 6 tahun adalah masa prasekolah, dan 4. Usia 6-8 tahun adaah masa anak sekolah dasar kelas awal.
        Setiap anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik berbeda dengan anak satu dengan anak yang lainnya. Secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangatlah pesat. Tinggi badan dan berat badan anak bertambah dengan cepat dan cukup pesat dibandingkan dengan pertumbuhan pada anak usia dini diatasnya. Begitu pula dengan pertumbuhan otak anak, otak sebagai pusat koordinasi berbagai kemampuan manusia tumbuh dengan pesatnya pada anak usia dini. Pada pertumbuhan anak usia 4-12 tahaun pertumbuhan otak anak tersebut sudah mencapai kesempurnaan. Pemberian stimulus yang positif dan pendidikan pada saat pertumbuhan fisik anak yang pesat dan otak yang sedang tumbuh dan mengalami kelunturan atau pada usia kematangannya yang akan mendapat hasil yang maksimal dan memuaskan. Dibandingkan dengan anak usia dini sebelumnya dan sesudahnya. Dengan demikian sebagai pendidik perlu memahami kapan munculnya masa peka atau masa anak usia kematangan anak tersebut.
        Disamping itu juga pertumbuhan anak usia yang tumbuh dengan pesat. Ada berbagai macam aspek yang berkembang seiring dengan pertumbuhan usia anak diantaranya adalah perkembangan fisik (motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir dan daya cipta), bahasa (kosa kata, komunikasi), sosial-emosional (sikap, kebisaan, perilaku, dan moral). Yang berbeda pada tiap usia anak-anak tertentu. Perberian stimulus yang sesuai dan tepat dengan karakteristik perkembangan anak akan menjadikan berbagai aspek perkembangan anak akan berkembang secara maksimal. Dengan demikian pemahaman pada seorang pendidik terhadap berbagai karakteristik perkembangan anak usia dini sanagt diperlukan pendidik guna memberikan perilaku yang baik pada anak didiknya.

Pendidikan Moral dan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini bukanlah sekedar Rutinitis
        Dilembaga pendidikan anak usia dini, moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu perilaku yang ditanamkan pada anak usia dini adalah berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Dalam kegiatan sehari-hari, pendidik TK banyak yang mengajarkan doa-doa tertentu yang cukup panjang setiap hendak melakukan kegiatan tertentu dikelas, seperti contoh doa sebelum belajar, sebelum makan, setelah makan dan doa-doa lain yang masih bersifat hafalan saja dan tidak ditekankan makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan doa tersebut. bahkan ada beberapa sebagian TK terutama TK-TK yang dibawah yayasan yang mengatasnamakan diri muslim banyak pendidik yang mengajarkan doa-doa dengan menggunakan bahasa arab yang tidak disertakan dengan artinya, sehingga anak hanya hafal apa yang diucapkan oleh pendidiknya tanpa mengetahui makna dan tanpa mengetahui maksud ucapannya. Beberapa doa tersebut secara rutin dibiasakan pada anak dengan cara anak diminta mengucapkan doa-doa tersebut dengan suara yang keras.
        Melihat pembelajaran moral dan nilai-nilai agama melalui pembacaan doa tersebut tampak bahwa anak belum tentu anak dapat menangkap makna dan nilai-nilai dari doa yang diucapkannya tersebut, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa arab yang belum tentu dipahami oleh anak-anak. Disisi lain proses pembelajaran yang diterapkan kadang kurang aplikatif dikarenakan ketika mengajarkan doa, anak diminta untuk mengucapkannya doa dengan suara yang keras di kelas.
        Pengenalan doa-doa akan lebih bermakna ketika pendidik berusaha untuk menjelaskan makna yang terkandung terlebih dahulu agar anak mengerti makna doa yang akan diucapkan anak dan pendidik harus berusaha menghadirkan situasi yang nyata dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak baik yang dilakukan anak dilingkup rumah maupun sekolah. Seperti contoh ketika anak hendak belajar pendidik mengajak anak untuk berdoa yang sebelumnya pendidik harus menjelaskan kenapa kita harus berdoa dan harus dapat menjelaskan makna yang tersimpan di doa tersebut agar dengan begitu anak akan lebih memahami makna yang diucapkan ketika membacakan doa tersebut.
        Proses pembelajaran tersebut ditanamkan secara terus menerus melalui pembiasaan anak secara langsung ketika anak akan melakukan suatu kegiatan. Dengan harapan bacaan tersebut anak semakin menginternal dala diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar