Pendidikan Moral dan Nilai-nilai Agama
pada Anak Usia Dini
Bukanlah sekedar Rutinitas
Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak yang
berada pada rentang usia sejak dini hingga 8 tahun. Batasan usia dari anak
berusia 0-8 tahun adalah batasan dimana usia anak mengacu pada konsep DAP (Developmentally Aprropriate Practices)
yaitu acuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diterbitkan oleh asosiasi
PAUD di Amerika. Di dalam DAP sudah dikembangkan kurikulum, kegiatan
pembelajaran, dan assessment atau penilaian yang disesusaikan dengan tingkat
perkembangan anak yang berdasarkan usia dan kebutuhan setiap individualnya.
Berdasarkan karakteristik usia tersebut, anak usia dini dibagi kedalam 4
kelompok yaitu: 1. Usia 0-1 tahun adalah masa bayi, 2. Usia 1-3 tahun adalah
masa Batita, 3. Usia 6 tahun adalah masa prasekolah, dan 4. Usia 6-8 tahun
adaah masa anak sekolah dasar kelas awal.
Setiap anak usia dini memiliki proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik berbeda dengan anak satu dengan
anak yang lainnya. Secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangatlah pesat.
Tinggi badan dan berat badan anak bertambah dengan cepat dan cukup pesat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada anak usia dini diatasnya. Begitu pula
dengan pertumbuhan otak anak, otak sebagai pusat koordinasi berbagai kemampuan
manusia tumbuh dengan pesatnya pada anak usia dini. Pada pertumbuhan anak usia
4-12 tahaun pertumbuhan otak anak tersebut sudah mencapai kesempurnaan.
Pemberian stimulus yang positif dan pendidikan pada saat pertumbuhan fisik anak
yang pesat dan otak yang sedang tumbuh dan mengalami kelunturan atau pada usia
kematangannya yang akan mendapat hasil yang maksimal dan memuaskan.
Dibandingkan dengan anak usia dini sebelumnya dan sesudahnya. Dengan demikian
sebagai pendidik perlu memahami kapan munculnya masa peka atau masa anak usia
kematangan anak tersebut.
Disamping itu juga pertumbuhan anak usia
yang tumbuh dengan pesat. Ada berbagai macam aspek yang berkembang seiring
dengan pertumbuhan usia anak diantaranya adalah perkembangan fisik (motorik
halus dan kasar), intelegensi (daya pikir dan daya cipta), bahasa (kosa kata,
komunikasi), sosial-emosional (sikap, kebisaan, perilaku, dan moral). Yang
berbeda pada tiap usia anak-anak tertentu. Perberian stimulus yang sesuai dan
tepat dengan karakteristik perkembangan anak akan menjadikan berbagai aspek
perkembangan anak akan berkembang secara maksimal. Dengan demikian pemahaman
pada seorang pendidik terhadap berbagai karakteristik perkembangan anak usia
dini sanagt diperlukan pendidik guna memberikan perilaku yang baik pada anak
didiknya.
Pendidikan Moral dan Nilai-nilai Agama
pada Anak Usia Dini bukanlah sekedar Rutinitis
Dilembaga pendidikan anak usia dini,
moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu perilaku
yang ditanamkan pada anak usia dini adalah berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan. Dalam kegiatan sehari-hari, pendidik TK banyak yang mengajarkan
doa-doa tertentu yang cukup panjang setiap hendak melakukan kegiatan tertentu
dikelas, seperti contoh doa sebelum belajar, sebelum makan, setelah makan dan
doa-doa lain yang masih bersifat hafalan saja dan tidak ditekankan makna atau
nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan doa tersebut. bahkan ada beberapa
sebagian TK terutama TK-TK yang dibawah yayasan yang mengatasnamakan diri
muslim banyak pendidik yang mengajarkan doa-doa dengan menggunakan bahasa arab
yang tidak disertakan dengan artinya, sehingga anak hanya hafal apa yang
diucapkan oleh pendidiknya tanpa mengetahui makna dan tanpa mengetahui maksud
ucapannya. Beberapa doa tersebut secara rutin dibiasakan pada anak dengan cara
anak diminta mengucapkan doa-doa tersebut dengan suara yang keras.
Melihat pembelajaran moral dan
nilai-nilai agama melalui pembacaan doa tersebut tampak bahwa anak belum tentu
anak dapat menangkap makna dan nilai-nilai dari doa yang diucapkannya tersebut,
karena bahasa yang digunakan adalah bahasa arab yang belum tentu dipahami oleh
anak-anak. Disisi lain proses pembelajaran yang diterapkan kadang kurang aplikatif
dikarenakan ketika mengajarkan doa, anak diminta untuk mengucapkannya doa
dengan suara yang keras di kelas.
Pengenalan doa-doa akan lebih bermakna
ketika pendidik berusaha untuk menjelaskan makna yang terkandung terlebih
dahulu agar anak mengerti makna doa yang akan diucapkan anak dan pendidik harus
berusaha menghadirkan situasi yang nyata dalam kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh anak baik yang dilakukan anak dilingkup rumah maupun sekolah.
Seperti contoh ketika anak hendak belajar pendidik mengajak anak untuk berdoa
yang sebelumnya pendidik harus menjelaskan kenapa kita harus berdoa dan harus
dapat menjelaskan makna yang tersimpan di doa tersebut agar dengan begitu anak
akan lebih memahami makna yang diucapkan ketika membacakan doa tersebut.
Proses pembelajaran tersebut ditanamkan
secara terus menerus melalui pembiasaan anak secara langsung ketika anak akan
melakukan suatu kegiatan. Dengan harapan bacaan tersebut anak semakin
menginternal dala diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak
sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar